Gatutkaca Krama
Dikisahkan di
negeri Astina, Prabu Duryudana sedang mengadakan pertemuan agung. Nampak
hadir paling depan menghadap sang Prabu, paman kepatihan Patih Haryo
Sengkuni dari negeri Plasajenar. Resi Durna dari negeri Sokalima,
juga dihadiri seluruh keluarga Kurawa, antara lain Dursasana,kesatria
Banjarjungut, Kertamarma,kesatria Banyutinalang,Jayadrata kesatria
Banakeling, Citraksa, Citraksi, Citrayuda,juga , putra Prabu Duryudana,
bernama Raden Lesmana Mandrakumara. Sang Prabu membicarakan permintaan
Raden Lesmana Mandrakumara,yang ingin melamar Dewi Pregiwa, anak Raden
Arjuna, padahal Dewi Pregiwa sudah dijodohkan dengan Raden Gatutkaca,
Raja Muda Kerajaan Pringgadani anak dari Raden Wrekudara, Mendengar
permintaan Raden Lesmana Mandrakumara dan Prabu Duryudana, Resi Durna
siap mengusahakan agar Raden Lesmana Mandrakumara bisa kawin dengan Dewi
Pregiwa,dan diupayakan perjodohan dengan Raden Gatutkaca bisa
dibatalkan. Resi Durna membawa sepasukan prajurit mengawal
keberangkatan pengantin laki-laki ke Madukara.
Sementara itu
di Madukara, Raden Arjuna sedang mengadakan pertemuan keluarga,
membahas persiapan perkawinan Dewi Pregiwa dan Gatutkaca.,hadir
dipertemuan itu, Dewi Wara Sembadra, Dewi Wara Srikandi, Niken
Larashati, Dewi Sulastri serta Dewi Pregiwa dan Dewi Pregiwati.Sang
Arjuna menunggu berita dari puteranya yang bernama Abimanyu, kesatria
Plangkawati yang ditugaskan menemui kakeknya yang bernama Resi Abiyasa
di Ukirahtawu, sampai sekarang belum ada kabar beritanya. Raden Abimanyu
ditugaskan menyampaikan kabar bahwa ayahnya, Raden Arjuna akan
mengawinkan putrinya yang bernama Dewi Pregiwa dengan saudara
sepupunya, bernama Raden Gatutkaca. Belum lama mereka membicarakan
masalah itu, datanglah Resi Durna diiringi saudara dan keluarga Astina
juga Raden Lesmana Mandrakumara yang sudah berpakaian pengantin.. Panik
dalam istana Madukara. Dewi Pregiwa diiringi adiknya, Dewi Pregiwati
cepat keluar dari dalam istana, dan masuk ke dalam taman Maduganda .
Tiada lama kemudian, Resi Durna memberikan ramuan yang sudah diisi
dengan mantera,kepada Raden Arjuna. Ramuan yang diberikan Pandita
Durnapun segera diminum oleh Sang Arjuna , Raden Arjuna merasa lemah
lunglai tidak berdaya. Arjuna menjadi lupa apa yang terjadi pada
dirinya. Resi Durna memberikan penjelasan, maksud dan tujuannya datang
ke Madukara, bersama keluarga Kurawa tidak lain mau melamar Dewi Pregiwa
untuk dijodohkan dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Kalau bisa
dilaksanakan akan membuat persaudaraan antara Pandawa dan Kurawa akan
menjadi lebih baik. Bisa jadi membatalkan perang Barata Yuda. Karena
daya mantera yang ada dalam ramuan, yang telah diminum Arjuna. Raden
Arjuna menyetujui permintaan Resi Durna, yaitu Dewi Pregiwa akan
dikawinkan dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Para
istri Arjuna terkejut mendengar keputusan Arjuna, yang menyetujui
permintaan para Kurawa. Dewi Wara Sembadra mengingatkan kepada Raden
Arjuna, kalau Dewi Pregiwa sudah dijodohkan dengan Gatutkaca..Raden
Arjuna menjadi marah, para istriya disuruh meninggalkan balai
pertemuan.Para istri Arjuna cepat cepat meninggalkan balai pertemuan
dan mereka memasuki Keputren. Para Kurawa diminta untuk tinggal di
Madukara untuk beberaa hari menunggu sampai pelaksanaan perkawinan Dewi
Pergiwa dengan Raden Lesmana Mandrakumara,
Raden Abimanyu
diiringi para punakawan telah sampai di Kesatriyan Madukara. Raden
Abimanyu segera menghadap ayahandanya, menyampaikan pesan kakek Abiyasa,
bahwa Madukara akan diliputi mendung yang sangat tebal, namun keadaan
tersebut berlangsung tidak lama dan setelah itu langit menjadi cerah
kembali. Raden Arjuna kemudian menyuruh Raden Abimanyu menyampaikan surat kepada uaknya, Wrekudara di Kesatrian Jodipati,
Kini di
Kesatrian Jodipati, Raden Wrekudara dengan istri nya Ratu Dewi Arimbi
juga puteranya Raden Gatutkaca sedang membicarakan rencana perkawinan
Gatutkaca dengan Dewi Pregiwa. Belum lama mereka membicarakan hal itu,
datanglah Raden Abimanyu dan para punakawan, menjadikan mereka
terkejut. Raden Abimanyu memberikan surat dari ayahnya, Arjuna kepada uaknya Raden Wrekudara. Sesudah Raden Wrekudara membaca isi surat ,
menjadi marah besar, kemudian dihajarnya Raden Gatutkaca. Raden
Gatutkaca juga dicaci maki, dikatakan Raden Gatutkaca kurang prihatin,
tidak pernah melakukan tapa brata, bisanya hanya makan tidur saja.Itulah
sebabnya perkawinan dibatalkan. Kemudian Raden Gatutkaca dihajar dan
ditendang, serta diusir dari Jodipati. Ratu Dewi Arimbi tidak tega
melihat suaminya menghajar puteranya sendiri.dan sudah tak kurang ia
mengingatkan suaminya agar menghentikan tindakkannya. Namun Raden
Gatutkaca sudah terlanjur pergi meninggalkan Jodipati. Dan terbang
keangkasa raya. Raden Abimanyu melihat keadaan itu cepat berpamitan pada
uaknya, untuk kembali ke Madukara..
Para panakawan kelihatan gemetaran tidak
karuan hampir hampir tidak dapat melangkah keluar dari istana Jodipati.
Sementara itu,
di angkasa raya, Raden Gatutkaca, merasa sudah di sia siakan. Sekarang
merasa sudah tidak ada gunanya hidup di alam ini. Inginnya hanya mati
saja, kalau tidak mendapat Dewi Pregiwa, Raden Gatutkaca berniat bunuh
diri.,lalu dengan kekuatan luar biasa,Raden Gatutkaca menjatuhkan diri
diatas batu gilang di tepi lautan. Tetapi yang pecah bukan kepalanya,
malahan batu gilang menjadi hancur lebur tertimpa tubuh Raden
Gatutkaca. Raden Gatutkaca terbang bolak balik dan menjatuhi batu
gilang yang lain. Kepalanya dibentur benturkan batu gilang.Melihat
keadaan itu, Prabu Sri Bathara Kresna yang sejak tadi mengikuti
Gatutkaca cepat menangkap tubuh Gatutkaca, dan membawa turun ke daratan.
Raden Gatutkaca mengatakan apa adanya, Prabu Kresna menasehati daripada
mati bunuh diri, lebih baik terlaksana kawin dengan Dewi Pregiwa,
Seperti dulu waktu Alap-alap Setyaboma Prabu Kresna bisa membawa lari
Dewi Setyaboma dari Lesanpura..Oleh karena itu curilah Dewi Pregiwa dari
taman Maduganda. Mendengar nasehat Uaknya, Prabu Sri Bathara Kresna,
Raden Gatutkaca bangkit dan bersemangat kemudian berpamitan dan terbang
meluncur ke Madukara.
Setelah Raden
Gatutkaca meninggalkan Prabu Sri Bathara Kresna, Prabu Sri Bathara
Kresna gundah hati. Ia tidak menegakan Gatutkaca berjuang sendiri. Ia
segera pergi ke Kesatrian Jodipati. Prabu Sri Bathara Kresna merasa
usaha Gatutkaca akan gagal. Tidak lama kemudian sampai di Istana
Jodipati. Raden Wrekudara dan Ratu Arimbi kelihatannya sedang
bermuram durja. Perkawinan Gatutkacaa telah dibatalkan oleh Raden
Arjuna. Prabu Sri Bathara Kresna sudah banyak memberi nasehat pada
Wrekudara, tetapi Raden Wrekudara masih saja menyalahkan putranya.
Kemudian Prabu Sri Kresna memberi tahu kalau Raden Gatutkaca masuk Taman
Maduganda mencuri Dewi Pregiwa, tetapi dapat ditangkap oleh Raden
Arjuna,sekarang mau dihukum mati. Raden Wrekudara tidak peduli, kalau
mencuri ya dihukum. Prabu Sri Kresna, tidak kirang akal, memberi tahu
kalau Raden Arjuna juga marah-marah, dan mengatakan, la anaknya saja
jadi maling, apalagi bapaknya pasti gentonya maling, bapakmu suruh
sini, tak bunuh sekalian, Mendengar cerita Prabu Sri Bathara Kresna
tadi, Raden Wrekudoro menjadi marah marah. Raden Wrekudara segera pergi
ke Kesatriyan Madukara, dengan membawa gada Rujakpolo. Demikianlah
siasat Prabu Sri Bathara Kresna, untuk menyelamatkan Gatutkaca.
Dengan mudah,
Raden Gatutkaca masuk Taman Maduganda. Raden Gatutkaca dan Dewi Pregiwa
segera keluar dari Taman Maduganda. Tetapi Raden Gatutkaca dan Dewi
Pregiwa dicegat Para Kurawa waktu keluar dari taman. Rupanya ada
seorang dayang yang lapor kepada Arjuna tentang Gatutkaca yang sedang
mencuri Dewi Pregiwa. Raden Gatutkaca dikroyok Kurawa, tapi Raden
Gatutkaca lebih unggul,sehingga para Kurawa lari menyelamatkan diri..
Raden Arjuna
melihat keadaan itu, marah bukan main, dengan cepat menangkap Raden
Gatutkaca. Arjuna menghunus keris Kala Nadah, dan mau dihunjamkan ke
dada Raden Gatutkaca.. Tiba-tiba bapaknya datang menolong, Raden
Arjuna, lari melihat Raden Wrekudara membawa gada Rujakpolo. Raden
Arjuna lari ketakutan dikejar kejar Raden Wrekudara ,yang mengacung
acungkan Gada Rujakpolo. Raden Arjuna ketemu Prabu Sri Bathara Kresna ,
lalu minta perlindungan. Raden Arjuna sembunyi dibelakang batu besar.
Yang terletak di belakang Prabu Sri Bathara Kresna.Tidak lama kemudian
Raden Wrekudara datang, mencari Jlamprung. Prabu Sri Bathara Kresna
menjawab, kalau Jlamprung tidak tahu, kalau Raden Arjuna ini
dibelakangku.
Mendengar kata kata Prabu Sri Bathara Kresna seperti itu, Raden Arjuna berlari sekencang-kencangnya ketika
.Raden
Wrekudara mengejarnya.. Raden Arjuna berlari sampai di Istana
Indraprasta. Raden Arjuna masuk datulaya bertemu Prabu Puntadewa serta
Raden Nakula dan Sadewa. Prabu Puntadewa minta Raden Arjuna berdiri
dibelakang Prabu Puntadewa. Tidak lama kemudian , Raden Wrekudara juga
memasuki datulaya, Raden Wrekudara berusaha menarik keluar Raden
Arjuna, tetapi Prabu Puntadewa mengatakan, bahwa Raden Wrekudara bila
mau menghajar Arjuna apalagi mau membunuh Arjuna, lebih baik Prabu
Puntadewa yang dibunuh,
Raden
Wrekudara menjadi sadar, ketika teringat Arjuna masih adiknya sendiri.
Prabu Sri Bathara Kresna cepat datang di Istana Indraprasta. .Prabu
Sri Bathara Kresna menanyakan kepastian Raden Arjuna, apakah masih
berniat melangsungkan perkawinan Dewi Pregiwa dengan Gatutkaca. Raden
Arjuna masih berniat meneruskan perkawinan Raden Gatutkaca dengan Dewi
Pregiwa. Raden Wrekudara setuju, namun dengan syarat. keris Kala Nadah
harus diberikan kepada Raden Gatutkaca. Mengingat keris Kala Nadah
warisan dari Prabu Kala Trembaka, kakek Raden Gatutkaca.
Dengan
diiringi gamelan Kebo Giro, pengantin putri dipertemukan dengan
pengantin laki-laki.. Mereka berdua kelihatan sangat bahagia.
Pesta perkawinanpun digelar di Istana Indraprasta, dengan cukup meriah.
Belum lama
pesta perkawinan berlangsung, terjadi geger di luar Istana Indraprasta,
para Kurawa mengamuk dan merusak bangunan luar Istana.Praja Indraprasta,
mereka minta agar perkawinan Raden Lesmana Mandrakumara dengan Dewi
Pregiwa.segera dilaksanakan. . Raden Wrekudara melayani serangan para
Kurawa. Bala Kurawa lari ketakutan menyelamatkan diri..Resi Durna serta
para Kurawa kembali ke Astina
Prabu Sri
Bathara Kresna, beserta para keluarga Pandawa berkumpul bersama
mengayubagya kedua
pengantin.