Warga Sarangan Magetan Gelar Ritual Larung Sesaji
Magetan (Antara Jatim) - Warga
Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jatim, Minggu,
menggelar ritual adat larung sesaji untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan
tahun 2013.
Dalam ritual adat tersebut, warga mengusung dan mengarak Tumpeng Gono Bahu berupa gunungan nasi setinggi 2,5 meter untuk kemudian dilarungkan ke dalam Telaga Sarangan.
Lurah Sarangan Tumiran mengatakan ritual adat larung sesaji tersebut digelar setahun sekali setiap bulan Ruwah menjelang Ramadhan. Tujuannya adalah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Selain ungkapan syukur, ritual adat tersebut juga untuk memohon agar Telaga Sarangan tetap lestari dan warganya hidup sejahtera," ujar Tumiran kepada wartawan.
Tumiran menjelaskan, ritual larung sesaji tersebut juga merupakan acara puncak dari upacara adat bersih desa masyarakat di sekitar Telaga Sarangan, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
"Dengan bersih desa, warga Sarangan dipersiapkan untuk menjalani bulan suci Ramadhan. Tradisi ini juga dilakukan agar warga Sarangan terhindar dari marabahaya dan bencana," kata dia.
Prosesi larung sesaji diawali dengan kirab Tumpeng Gono Bahu dari Kantor Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir Telaga Sarangan. Tumpeng nasi setinggi 2,5 meter ini diperkirakan menghabiskan beras sebanyak 50 Kg.
Usai pembacaan doa, tumpeng sesaji kemudian diarak mengelilingi Telaga Sarangan dengan menggunakan kapal motor. Setelah sampai di tengah telaga, tumpeng dilarung atau ditenggelamkan. Selain Tumpeng Gono Bahu, masih terdapat lagi tumpeng ukuran besar yang berisi sayuran, buah, dan hasil bumi sekitar Telaga Sarangan.
Untuk menarik pengunjung objek wisata Telaga Sarangan, warga kelurahan sekitar bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Magetan mengemas upacara adat tersebut dengan tampilan yang menarik, yakni dengan menggunakan busana adat yang dipadukan dengan Batik Pring Sedapur dan hiburan kesenian setempat.
Bupati Magetan Sumantri menyatakan larung sesaji masyarakat Sarangan ini telah menjadi ciri khas warga Magetan. Selain menjadi adat istiadat warga Sarangan menjelang bulan Ramadhan, larung sesaji juga telah menjadi wisata budaya Kabupaten Magetan.
"Larung sesaji Tumpeng Gono Bahu di Telaga Sarangan ini, selain untuk melestarikan budaya, juga untuk mendongkrak bidang kepariwisataan di Magetan pada umumnya," kata Bupati Sumantri.
Ia berharap, dengan digelarnya ritual larung sesaji dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Telaga Sarangan. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Sarangan, maka semakin bertambah pula pendapatan penduduk di sekitar Telaga Sarangan dan juga pendapatan asli daerah (PAD) pemda setempat. (*)
Dalam ritual adat tersebut, warga mengusung dan mengarak Tumpeng Gono Bahu berupa gunungan nasi setinggi 2,5 meter untuk kemudian dilarungkan ke dalam Telaga Sarangan.
Lurah Sarangan Tumiran mengatakan ritual adat larung sesaji tersebut digelar setahun sekali setiap bulan Ruwah menjelang Ramadhan. Tujuannya adalah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Selain ungkapan syukur, ritual adat tersebut juga untuk memohon agar Telaga Sarangan tetap lestari dan warganya hidup sejahtera," ujar Tumiran kepada wartawan.
Tumiran menjelaskan, ritual larung sesaji tersebut juga merupakan acara puncak dari upacara adat bersih desa masyarakat di sekitar Telaga Sarangan, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
"Dengan bersih desa, warga Sarangan dipersiapkan untuk menjalani bulan suci Ramadhan. Tradisi ini juga dilakukan agar warga Sarangan terhindar dari marabahaya dan bencana," kata dia.
Prosesi larung sesaji diawali dengan kirab Tumpeng Gono Bahu dari Kantor Kelurahan Sarangan menuju panggung di pinggir Telaga Sarangan. Tumpeng nasi setinggi 2,5 meter ini diperkirakan menghabiskan beras sebanyak 50 Kg.
Usai pembacaan doa, tumpeng sesaji kemudian diarak mengelilingi Telaga Sarangan dengan menggunakan kapal motor. Setelah sampai di tengah telaga, tumpeng dilarung atau ditenggelamkan. Selain Tumpeng Gono Bahu, masih terdapat lagi tumpeng ukuran besar yang berisi sayuran, buah, dan hasil bumi sekitar Telaga Sarangan.
Untuk menarik pengunjung objek wisata Telaga Sarangan, warga kelurahan sekitar bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Magetan mengemas upacara adat tersebut dengan tampilan yang menarik, yakni dengan menggunakan busana adat yang dipadukan dengan Batik Pring Sedapur dan hiburan kesenian setempat.
Bupati Magetan Sumantri menyatakan larung sesaji masyarakat Sarangan ini telah menjadi ciri khas warga Magetan. Selain menjadi adat istiadat warga Sarangan menjelang bulan Ramadhan, larung sesaji juga telah menjadi wisata budaya Kabupaten Magetan.
"Larung sesaji Tumpeng Gono Bahu di Telaga Sarangan ini, selain untuk melestarikan budaya, juga untuk mendongkrak bidang kepariwisataan di Magetan pada umumnya," kata Bupati Sumantri.
Ia berharap, dengan digelarnya ritual larung sesaji dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Telaga Sarangan. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Sarangan, maka semakin bertambah pula pendapatan penduduk di sekitar Telaga Sarangan dan juga pendapatan asli daerah (PAD) pemda setempat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar