KangsaAdu Jago
Prabu
Gorawangsa, raja Guwa Barong, sudah lama jatuh hati pada Dewi Maerah.
Walaupun ia tahu, kalau Dewi Maerah sudah diperistri Prabu Basudewa.
Prabu Gorawangsa tetap mencintainya. Sudah lama ingin menemuui Dewi
Maerah namun belum ada kesempatan. Ia berusaha memasuki istana
Mandura,namun penjagaan sangat ketat. Ia mencari kelengahan Prabu
Basudewa. Sehingga pada sampai suatu hari, Prabu Gorawangsa tahu, kalau
Prabu Basudewa sedang berburu bersama saudara dan beberapa pengawalnya.
Prabu Gorawangsa yakin kalau istana Mandura kosong. Kesempatan baik
baginya untuk memasuki Istana Mandura. Sebelum masuk istana, ia beralih
rupa menjadi Prabu Basudewa. Prabu Basudewa palsu yang membawa buruan
seekor kijang disambut gembira Dewi Maerah. Prabu Basudewa dengan penuh
kemesraan membawanya kedalam kamar pribadi prabu Basudewa. ia minta
agar Dewi Maerah memijit badannya yang pegal pegal setelah pergi
berburu.
Ketika mereka
bercengkerama di dalam kamar keputren Mandura, tiada antara lama
kemudian, datanglah Prabu Basudewa yang baru datang berburu. Ia
membawakan seekor kijang untuk Dewi Maerah. Dewi Maerah kemudian keluar
dari kamar dan betapa terkejutnya ketika mendengar hingar bingar
rombongan Prabu Basudewa yang baru pulang dari perburuannya. Dewi
Maerah, bingung, mengapa ada dua Prabu Basudewa. Dewi Maerah menanyakan
kepada Prabu Basudewa yang baru datang, mengapa Prabu Basudewa berburu
lagi. Sedangkan tadi sudah pulang, dan tadi juga telah membawa buruan
seekor kijang. Dewi Maerah memastikan bahwa Prabu Basudewa yang baru
datang adalah Prabu Basudewa yang palsu. Dewi Maerah meminta Prabu
Basudewa yang berada di dalam kamar Keputren Mandura agar keluar untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dewi Maerah menganggap, bahwa Prabu
Basudewa yang berada di dalam kamar keputren itu adalah Prabu Basudewa
yang asli. Kemudian terjadilah perkelahian diantara mereka. Prabu
Basudewa palsu kalah, setelah terluka terkena keris Prabu Basudewa dan
melarikan diri, Sepeninggal Prabu Basudewa Palsu, kemarahan Prabu
Basudewa tidaklah berakhir, bahkan semakin memuncak. Prabu Basudewa
menuduh, kalau Dewi Maerah yang ingin makan daging kijang, merupakan
satu alasan saja agar Prabu Basudewa pergi, yang kemudian
dimanfaatkannya untuk berkencan dengan laki laki lain.Dewi Maerah
menyangkalnya, ia tidak pernah merencana kan
nya.
Prabu
Basudewa menyuruh adiknya, Arya Prabu membawa Dewi Maerah kedalam
hutan dan oleh Prabu Basudewa, Arya Prabu diberikan sebilah keris
terhunus, Sesampai di dalam hutan Arya Prabu tidak melaksanakan
perintah kakaknya, yaitu untuk membunuh Dewi Maerah. Arya Prabu malahan
membuatkan pondok kecil untuk tempat berteduh Dewi Maerah. Karena
menurut perasaannya Dewi Maerah tidak bersalah, hanya nasib saja yang
membuat Dewi Maerah hidup seperti ini.
Geger di
Mandura, menyebabkan Prabu Basudewa berniat menyelamatkan ketiga
puteranya yang masih kecil kecil,yaitu Kakrasana, Narayana dan Dewi
Bratajaya ke padukuhan Widarakandang, tempat Demang Anta gopa dan
istrinya, Nyai Sagopi. Tidak satupun orang mengetahui keberadaan ketiga
puteranya, kecuali Prabu Basudewa dan kedua istrinya, yaitu Dewi Rohini
dan Dewi Badrarini.
Sementara itu Prabu Gorawangsa yang sudah terluka oleh keris Prabu Basudewa waktu berkelahi diistana tiba juga di hutan itu, Dewi Maerah melihatnya. Dewi Maerah mengira kalau Prabu Basudewa yang terluka itu, betul betul Prabu Basudewa, maka segera mendekatinya. Prabu Basudewa Palsu akhirnya mengaku kalau dirinya bukan Prabu Basudewa. Ia sebenarnya Prabu Gorawangsa dari Kerajaan Guwa Barong. Ia minta maaf kepada Dewi Maerah. Prabu Gorawangsa berharap, agar Dewi Maerah setelah melahirkan nanti, agar kembali ke Mandura, karena dewi Maerah tidak bersalah. Kelak kalau pada saat melahirkan, apabila anak laki laki, berilah nama Kangsadewa. Kira kira saat anak menginjak umur dewasa, kembalikan anak mereka ke istana Mandura. Ia mengharap agar Dewi Maerah mencari Patih Suratimantra, dan tinggal di Istana Guwa Barong, untuk membesarkan anaknya. Setelah berpesan banyak, Prabu Gorawangsa.yang kondisinya semakin parah, Prabu Basudewa Palsu pun meninggal. la beralih rupa menjadi Prabu Gorawangsa kembali. Sementara Dewi Maerah hendak memperabukan jasad Prabu Gorawangsa, datanglah Patih Suratimantra dengan pasukannya. Selesai perabuan jasad Prabu Gorawangsa selesai, Suratimantra mengajak Dewi Maerah pulang ke Istana Guwa Barong.
Sementara itu Prabu Gorawangsa yang sudah terluka oleh keris Prabu Basudewa waktu berkelahi diistana tiba juga di hutan itu, Dewi Maerah melihatnya. Dewi Maerah mengira kalau Prabu Basudewa yang terluka itu, betul betul Prabu Basudewa, maka segera mendekatinya. Prabu Basudewa Palsu akhirnya mengaku kalau dirinya bukan Prabu Basudewa. Ia sebenarnya Prabu Gorawangsa dari Kerajaan Guwa Barong. Ia minta maaf kepada Dewi Maerah. Prabu Gorawangsa berharap, agar Dewi Maerah setelah melahirkan nanti, agar kembali ke Mandura, karena dewi Maerah tidak bersalah. Kelak kalau pada saat melahirkan, apabila anak laki laki, berilah nama Kangsadewa. Kira kira saat anak menginjak umur dewasa, kembalikan anak mereka ke istana Mandura. Ia mengharap agar Dewi Maerah mencari Patih Suratimantra, dan tinggal di Istana Guwa Barong, untuk membesarkan anaknya. Setelah berpesan banyak, Prabu Gorawangsa.yang kondisinya semakin parah, Prabu Basudewa Palsu pun meninggal. la beralih rupa menjadi Prabu Gorawangsa kembali. Sementara Dewi Maerah hendak memperabukan jasad Prabu Gorawangsa, datanglah Patih Suratimantra dengan pasukannya. Selesai perabuan jasad Prabu Gorawangsa selesai, Suratimantra mengajak Dewi Maerah pulang ke Istana Guwa Barong.
Dewi Maerah,
melahirkan seorang anak laki laki. Sesuai dengan pesan ayah si bayi,
maka anak tersebut diberi nama Kangsadewa. Setelah melahirkan, tidak
antara lama kemudian, Dewi Maerah meninggal dunia.
Limabelas tahun kemudian............
Kangsadewa
putera Dewi Maerah telah beranjak dewasa. Sesuai dengan pesan Prabu
Gorawangsa, maka Patih Suratimantra meminta agar putera Dewi Maerah
kembali ke Mandura, menemui ayahnya, Prabu Basudewa. Berangkatlah
Kangsadewa beserta pamannya Patih Suratimantra dengan seluruh pasukan
Guwa Barong. Sesampai di istana Mandura, Prabu Basudewa tidak mengakui
sebagai puteranya. Tentu saja Kangsadewa marah, dan mengerahkan
pasukannya menggempur Istana Mandura. Melihat besarnya kerusakan
istana, Prabu Basudewa meminta agar Kangsa menghentikan serangannya ke
istana Mandura. Akhirnya Kangsa minta negara Mandura dan ia minta
dinobatkan menjadi raja muda, dan bergelar Prabu Anom Kangsadewa. Prabu
Basudewa terpaksa mengakuinya. Untuk menyelamatkan negeri Mandura, maka
Prabu Basudewa terpaksa memberikan separuh kerajaan Mandura. Kangsa
menduduki Wilayah Sengkapura. Namun Kangsa belum merasa puas, ia
menginginkan menjadi satu satunya putera mahkota kerajaan Mandura. Untuk
melancarkan keinginannya, ia berniat melenyapkan kedua putera lelaki
Prabu Basudewa,yaitu, Kakrasana dan Nara yana, namun ia tidak mengetahui
keberadaannya, dimanakah mereka sekarang. Untuk itu Prabu Anom Kangsa
dewa menyebar mata mata kesegenap penjuru wilayah Kerajaan Mandura.
Sementara itu
di padukuhan Widarakandang, putera puteri Prabu Basudewa sudah menginjak
usia dewasa. Kakrasana dan Narayana selama hampir limabelas tahun telah
belajar kanuragan. Mereka berdua telah menyelesaikan pelajaran baik
pengetahuan umum juga pemerintahan. Narayana berguru kepada Begawan
Padmanaba. Kakrasana dan Narayana juga telah melakukan tapa brata.
Didalam tapa bratanya, mereka didatangi, Batara Narada. Kakrasana
mendapat pusaka Kyai Nanggala dan Alugara sedangkan Narayana mendapat
Senjata pusaka Cakra dan Pusaka Kembang Wijayakusuma.
Kakrasana
memang selalu punya ulah. Sejak ia tinggal di padukuhan Widarakandang,
ia telah menanam sepasang ringin kurung, didepan rumah Demang Antagopa.
Pohon ringin kurung adalah sepasang pohon beringin putih yang masing
masing batang pohon itu di kelilingi pagar. Sepasang Ringin kurung
adalah lambang Kebesaran Kerajaan di Mandura. Kakrasana membuat tempat
tinggalnya seperti di istana Mandura, supaya ia betah tinggal di
Widarakan dang.Sedangkan Demang Antagopa ketakutan, kalau sampai nanti
Pasukan Kangsa menggeledah rumah kademangan.
Prabu Anom
Kangsa, semakin nekat. Ia capek menunggu saatnya menjadi raja. Untuk
mempercepat waktu agar bisa jadi raja secepatnya, maka Prabu Anom Kangsa
dan Patih Suratimantra, mengajukan permintaan kepada Prabu Basudewa,
agar di Mandura diadakan tontonan aduan, tetapi jago nya bukan jago
ayam, tetapi orang. Dalam adu jago nanti, botoh yang menang, menjadi
raja. Prabu Basudewa terpaksa menyetujuinya. Sedangkan jago yang
diajukan Kangsa adalah pamannya sendiri, Suratimantra. Kini Prabu
Basudewa memerintahkan Aryo Prabu untuk mencari jago, yang sekiranya
bisa mengimbangi jago dari Sengkapura. Arya Prabu di tugaskan untuk
mencari jago. Aryo Prabu ingat, Pandawa lah yang bisa mengalahkannya.
Aryo Prabu pergi ke Astinapura, menemui Dewi Kunti. Akhirnya atas
permintaan Aryo Prabu, Bima sanggup menjadi jago dari Uwa Prabu
Basudewa.
Sementara itu,
di padukuhan Widarakandang, Demang Antagopa nampak sedang duduk
bersanding dengan istrinya Nyai Sagopi, dan puteranya Udawa dan adiknya
Niken Larasati dan juga puteri Prabu Basudewa Endang Bratajaya. Sedang
membincangkan keadaan Mandura yang kelihatan semakin gawat. Sedangkan
kedua putera laki laki Prabu Basudewa sedang berlatih bela diri di
padepokan Begawan Padmanaba, sudah menampakkan kedewasaannya.
Tidak lama
kemudian datanglah Pasukan Sengkapura menanyakan putera laki laki Prabu
Basudewa, Kakrasana dan Narayana. Demang Antagopa membantah kalau disini
tidak ada anak anak Prabu Basudewa.Anak anak yang ada disini, adalah
anak anak Demang Antagopa sensdiri, Tetapi pasukan Sengkapura memastikan
kalau mereka ada di padukuhan Widarakandang. Terbukti ada sepasang
ringin kurung, sebagai lambang istana. Widarakandang mau menyamai istana
Mandura, Yang bisa berbuat begitu, hanya anak anak raja.
Demang
Antagopa tetap mengatakan bahwa disini tidak ada anak anak raja
Basudewa. Tiba tiba beberapa orang Sengkapura menangkap Demang Antagopa,
dan memu kulinya, Melihat itu Demang Antagopa memerintahkan agar istri
dan anak anaknya supaya lari dari padukuhan Widarakandang. Mereka
berlarian. Beberapa pasukan mengadakan pengejaran, namun mereka telah
menghilang, tidak dapat ditemu kan.
Mereka semua sebenarnya terguling masuk jurang, ketika dikejar kejar
orang Sengkapura.Dite ngah hutan, Arjuna di iringi para Punakawan sedang
berja lan menuju Kerajaan Mandura. Mereka akan nonton adu jago, antara
kakaknya, Bima melawan Patih Suratimantra.
Tiba tiba
mereka mendengar suara tangisan para wanita yang kelihatannya minta
bantuan pertolongan. Arjuna dan para punakawan melihat beberapa orang
berada dalam jurang. Arjuna beserta panakawan, akhirnya turun kejurang
dan menolong mereka semua keatas tebing. Setelah semua diatas tebing,
mereka saling berkenalan dan mereka meneruskan ke Mandura untuk
menonton adu jago. Dite ngah perjalanan mereka bertemu dengan Kakrasana
dan Narayana. Selama dalam perjalanan, rombongan yang mau nonton adu
jago ke Mandura semakin banyak. Rakyat jelata yang bertemu,menambah
banyak rombongan. Dengan demikian keberadaan rombongan Widarakandang,
terutama Kakrasana dan Narayana terlindungi dan tidak mudah untuk
dicari.
Sekali sekali, tinju Bima masuk telak. Tetapi Suratimantra juga bukan orang sembarangan.Walau berkali kali dipukul, seakan tidak merasakan kesakitan.Perkelahian semakin seru, Suratimantra terluka, terkena kuku pancanaka Bima. Ia jatuh, dan tewas. Namun Patih Suratimantra digotong perajurit Sengkapura, dibawa kesebuah sendang, sendang panguripan. Setelah dimasukkan dalam Sendang Panguripan, hidup kembali.
Demikian ber ulang ulang dilakukan terhadap Suratimantra, sehingga tenaga Bima habis terkuras. Bima sudah merasakan kelelahan yang serius.kalau diteruskan, paling satu, dua kali perkelahian lagi, Bima akan tumbang. Arjuna melihat keadaan ini, segera turun tangan. Arjuna menuju sendang penguripan, pura pura untuk mengambil air, karena kehausan. Setelah keadaan aman, dan para penjaga s endang panguripan kelihatan lengah, ia memasukkan pusaka Brahmastra kedalam sendang panguripan. Daya pusaka Brahmastra adalah membuat panas, bahkan air sendang, ataupun laut, lama lama akan mendidih, namun kasat mata, tidak ada orang yang mengetahuinya. Suratimantra tewas lagi. Kemudian dibawa kesendang panguripan, dan dimasukkan kedalamnya.
Tidak sepert i sebelum sebelumnya, tiba tiba tubuh Suratimantra setelah dimasukkan dalam sendang,bagai digodog dalam air panas menjadi hancur dan lenyap dalam sendang Panguripan. Geger Sengkapura, Prabu Anom Kangsa menjadi marah marah. Tiba tiba ia melihat dua orang satria, yang satu berkulit putih dan yang satunya lagi berkulit hitam manis.. Pasti mereka anak anak Basudewa. Prabu Anom Kangsa dapat menangkap keduanya.
Tetapi Kakrasana dan Narayana, tidak mau menyerah. Keduanya menyerang balik kepada Prabu Anom Kangsa. Kakrasana menghantamkan pusaka Nenggala pada Prabu Anom Kangsa. Demikian pula Narayana melepaskan senjata Cakra pada Kangsa, maka terpenggallah kepala Prabu Anom Kangsa.
Prabu Anom Kangsa tewas. Negeri Mandura kembali menjadi negara berdaulat. Prabu Basudewa menyambut ngembira kedatangan putera puterinya, juga Para Pandawa yang telah membantu menyelamatkan negara Mandura.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar