Sabtu, 07 Juni 2014

Karna Tanding

 karna tanding
Karna Tanding

Sepeninggal Resi Bisma dan Pendita Durna, menjadikan Prabu Suyudana, merasa tidak mempunyai lagi senapati yang bisa diandalkan. Namun masih ada beberapa tokoh yang masih bisa di pandang,  masih pantas menjadi Senapati.  


Menurut pandangan  Prabu Suyudana, bahwa setelah gugurnya Resi Bisma dan Resi Durna, Senapati perang yang paling tepat berikutnya, tiada lain Raja Awangga, Adipati Karna, atau Narpati Basukarna, untuk memimpin pasukan Kurawa guna menghancurkan tentara Pandawa.Karena kemarin sebelumnya, secara mendadak Prabu Suyudana menunjuk Adipati Karna untuk menjadi pimpinan perang prajurit Astina menyerang perkemahan Pandawa di Tegal Kurusetra, Yang kemudian menyebabkan Perang Suluh, Dimana dalam perang malam itu Gatutkaca  tewas terbunuh. Sehingga kekuatan Pandawa berkurang satu orang lagi.  Pihak Kurawa gembira dengan tewasnya Gatutkaca, maka tidak salah lagi, kalau Adipati Karna, diangkat menjadi Senapati perang Pihak Astina. Selesai pengangkatan Senapati,  Adipati Karna sebagai Senapati Perang Kurawa, Adipati Karna  memerintahkan  Prabu Salya menjadi saisnya di medan laga Kurusetra.  Prabu Salya siap melakukan apa saja yang diminta Sang Senapati. Tetapi sebenarnya Prabu Salya enggan menjadi kusir menantunya sendiri.

Adipati Karna menyempatkan  bertemu dengan  Ibu Kunti untuk mohon pamit pergi ke Tegal Kurusetra. Sampai di Kaputren Ibu Kunti, Adipati Karna bertemu dengan Ibu Kunti. Dewi Kunti merasa bahagia melihat Karna anak sulung yang dahulu di buang sudah mengakui ibunya. Adipati Karna menghadap ibu Kunti untuk mohon pamit mati. Ibu Kunti menangis mendengar kata-kata Adipati Karna. Dewi Kunti minta kepada Adipati Karna mau bergabung dengan Pandawa. Tetapi Adipati Karna tidak mau. Karena sudah terlambat. Adipati Karna sudah makan, sudah minum dan sudah mendapat jabatan dan kebahagiaan yang selama ini dirasakan bukan berasal dari Pandawa, justru dari para Kurawa. Adipati Karna harus balas budi. Ibu Kunti tidak usah khawatir, karena Adipati Karna akan memilih siapa kah yang harus hidup Karna atau Arjuna. Yang penting Pandawa tetap lima orang, yang satu bisa Arjuna atau bisa Karna. Dewi Kunti menangisi Adipati Karna, putera sulungnya. Ibu Kunti melepas kepergian puteranya, dengan pandangan hampa. Kemudian Adipati Karna pulang ke Awangga.Kunjungan Adipati Karna kepada Ibunya, adalah yang pertama dan yang terakhir kalinya.

Adipati Karna juga berpamitan pada isterinya, Dewi Surtikanti, puteri Prabu Salya. Dewi Surtikanti merasa bersedih hati dengan kepergian suaminya ke medan laga. Tetapi karena sudah tugas negara, maka Dewi Surtikanti rela melepaskan suaminya ke medan perang. Namun Dewi Surtikanti masih berharap menunggu kepulangan Adipati Karna dalam keadaan selamat.

Matahari baru bersinar, Sasangkala telah di bunyikan. Prajurit telah bersiap melawan musuh-musuhnya.Kereta perang Adipati Karna yang disaisi Prabu Salya, telah memasuki Tegal Kurusetra. Sementara itu, Arjuna pun telah bersiap bertemu dengan Adipati Karna. Arjuna menggunakan kereta perang Kyai Jaladara, milik Prabu Kresna, dan  Prabu Kresna sendiri yang menjadi saisnya.Kereta perang Kyai Jaladara melaju kencang memasuki arena perang Tegal Kurusetra. Adipati Karna merasa menyesali diri sendiri, mengapa pada  waktu perang suluh,  telah melepas Senjata Kunta kepada Gatutkaca.

Senjata Kunta sebenarnya telah dipersiapkan oleh Adipati Karna untuk menghantam Arjuna, Namun dapat digagalkan oleh  Gatutkaca, walaupun harus ditebus dengan nyawanya sendiri.Dengan pengorbanan Gatutkaca sedemikian besarnya,Arjuna bisa jadi luput dari kematian.
Kedua kereta perang, sudah meliak-liuk saling menghindar agar tidak terkena panah atau sabetan pedang diantara kedua satriya yang berpakaian kembar itu.Akhirnya perang tanding kedua bersaudara itu, menjadi tontonan perajurit. Perajurit melupakan tugasnya di tegal Kurusetra. Kereta Arjuna dilindungi awan mendung yang begitu kelam, sedangkan kereta Adipati Karna dilindungi sinar terangnya sang mentari, sehingga menyilaukan mata yang memandang.Ternyata Bathara Indra dan Bathara Surya sebagai saksi  putera - putera nya yang sedang berlaga di Tegal Kurusetra.

Sudah berkali-kali keduanya saling melayangkan berbagai pusaka. Namun semuanya luput. Adipati Karna tinggal memiliki satu panah yang ampuhnya tidak jauh berbeda dari Kunta, yaitu Wijayandanu. Adipadi Karna dengan cepat bersiap melayangkan Wijayandanu ke Arjuna.Namun saisnya, Prabu Salya mengetahui keadaan ini, Prabu Salya tidak merelakan kalau Arjuna yang tewas. Ketika panah ditarik dan akan dilepaskan, Prabu Salya menggebrag kendali kekang tali kudanya, sehingga kuda-kudanya ndongak,sedangkan roda kereta belakang ambles dalam tanah, Kereta perang Adipati Karna anjlog, menyebabkan panah yang dilayangkan kepada Arjuna melenceng, sehingga tidak mengenai leher Arjuna.

Kini kereta perang Adipati Karna tidak bisa berjalan lagi, karena roda belakang kereta itu masuk dalam tanah agak dalam. Adipati Karna marah marah pada saisnya yang tak lain adalah ayah mertua nya sendiri,  Prabu Salya.
Panah Wijayandanu melesat mengenai sumping Arjuna, sehingga gelung rambutnya lepas, dan rambut Arjuna menjadi terurai. Ketika Adipati Karna marah-marah pada Prabu Salya. Kesempatan baik itu digunakan oleh Arjuna, untuk melayangkan sebuah panah dan mengenai mahkota Adipati Karna, sehingga lepas, gelung rambutnyapun  terurai.

 Kini Adipati Karna meloncat dari kereta perang, mendekati Arjuna untuk kembali menyerang . Sementara itu Arjuna pun menanggapi Karna, Arjuna turun dari kereta perang. Mereka saling mendekati, dan saling melawan.Hingga akhirnya Arjuna berhasil menyarangkan  panah di dada Adipati Karna,  Adipati Karna rebah dan bersimbah darah. Adipati Karna gugur di medan perang Kurusetra.

Setelah gugurnya Adipati Karna, terdengar suara Adipati Karna memanggil adiknya, Arjuna. Adipati Karna ingin memeluk Arjuna sebelum  mati. Arjuna mencoba mendekati Adipati Karna. Tetapi Prabu Kresna menghalangi Arjuna. Karena Adipati Karna memang sudah mati. Sedangkan yang bicara adalah pusaka Adipati Karna, Kala Dite yang bela pati atas kematian tuannya. Setelah Arjuna dirasa sudah tidak mendekati, tiba-tiba dari tubuh Adipati Karna, keluar seekor burung raksasa yang terbang kearah Arjuna dan menyerangnya. Segera Prabu Kresna menarik Arjuna, sehingga terhindar dari serangan burung. Arjuna segera  melayangkan panah Pasopati kepada burung itu, sehingga burung itu  hancur menjadi debu.

Sementara itu Dewi Surtikanti, istri Adipati Karna,yang sudah lama menunggu suaminya tidak pulang-pulang kerumah, Sudah tak sabar lagi ingin berjumpa dengan suaminya. Maka pergilah ke Tegal Kurusetra. Tetapi semua perajurit yang ditemuinya, mengatakan bahwa Adipati Karna telah gugur di medan perang. Akhirnya Dewi Surtikanti mencari keberadaan suaminya di antara jasad para perajurit yang bergelimpangan di Tegal Kurusetra, pertanda kesetyaan seorang istri pada suaminya. Sementara itu Prabu Kresna, dan Arjuna ternyata sedang merawat jasad Adipati Karna, Para Pandawa sebenarnya menginginkan bersatu dengan kakaknya, Adipati Karna, sangat dicintai para Pandawa.

Harum semerbak bunga mawar dan melati turun dari Kahyangan, menghiasi para pahlawan yang telah gugur di Tegal Kurusetra. Pada waktu perabuan jasad Adipati Karna, isteri tercinta, Dewi Surtikanti bela pati, masuk terjun kedalam api yang sedang berkobar.
Adipati Karna,  memimpin Pasukan Kurawa  bertahan selama 2 hari.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar