Karna Tanding
Sepeninggal
Resi Bisma dan Pendita Durna, menjadikan Prabu Suyudana, merasa tidak
mempunyai lagi senapati yang bisa diandalkan. Namun masih ada beberapa
tokoh yang masih bisa di pandang, masih pantas menjadi Senapati.
Menurut pandangan Prabu Suyudana, bahwa setelah gugurnya Resi Bisma dan Resi Durna, Senapati perang yang paling tepat berikutnya, tiada lain Raja Awangga, Adipati Karna, atau Narpati Basukarna, untuk memimpin pasukan Kurawa guna menghancurkan tentara Pandawa.Karena kemarin sebelumnya, secara mendadak Prabu Suyudana menunjuk Adipati Karna untuk menjadi pimpinan perang prajurit Astina menyerang perkemahan Pandawa di Tegal Kurusetra, Yang kemudian menyebabkan Perang Suluh, Dimana dalam perang malam itu Gatutkaca tewas terbunuh. Sehingga kekuatan Pandawa berkurang satu orang lagi. Pihak Kurawa gembira dengan tewasnya Gatutkaca, maka tidak salah lagi, kalau Adipati Karna, diangkat menjadi Senapati perang Pihak Astina. Selesai pengangkatan Senapati, Adipati Karna sebagai Senapati Perang Kurawa, Adipati Karna memerintahkan Prabu Salya menjadi saisnya di medan laga Kurusetra. Prabu Salya siap melakukan apa saja yang diminta Sang Senapati. Tetapi sebenarnya Prabu Salya enggan menjadi kusir menantunya sendiri.
Menurut pandangan Prabu Suyudana, bahwa setelah gugurnya Resi Bisma dan Resi Durna, Senapati perang yang paling tepat berikutnya, tiada lain Raja Awangga, Adipati Karna, atau Narpati Basukarna, untuk memimpin pasukan Kurawa guna menghancurkan tentara Pandawa.Karena kemarin sebelumnya, secara mendadak Prabu Suyudana menunjuk Adipati Karna untuk menjadi pimpinan perang prajurit Astina menyerang perkemahan Pandawa di Tegal Kurusetra, Yang kemudian menyebabkan Perang Suluh, Dimana dalam perang malam itu Gatutkaca tewas terbunuh. Sehingga kekuatan Pandawa berkurang satu orang lagi. Pihak Kurawa gembira dengan tewasnya Gatutkaca, maka tidak salah lagi, kalau Adipati Karna, diangkat menjadi Senapati perang Pihak Astina. Selesai pengangkatan Senapati, Adipati Karna sebagai Senapati Perang Kurawa, Adipati Karna memerintahkan Prabu Salya menjadi saisnya di medan laga Kurusetra. Prabu Salya siap melakukan apa saja yang diminta Sang Senapati. Tetapi sebenarnya Prabu Salya enggan menjadi kusir menantunya sendiri.
Adipati
Karna menyempatkan bertemu dengan Ibu Kunti untuk mohon pamit pergi
ke Tegal Kurusetra. Sampai di Kaputren Ibu Kunti, Adipati Karna bertemu
dengan Ibu Kunti. Dewi Kunti merasa bahagia melihat Karna anak sulung
yang dahulu di buang sudah mengakui ibunya. Adipati Karna menghadap ibu
Kunti untuk mohon pamit mati. Ibu Kunti menangis mendengar kata-kata
Adipati Karna. Dewi Kunti minta kepada Adipati Karna mau bergabung
dengan Pandawa. Tetapi Adipati Karna tidak mau. Karena sudah terlambat.
Adipati Karna sudah makan, sudah minum dan sudah mendapat jabatan dan
kebahagiaan yang selama ini dirasakan bukan berasal dari Pandawa, justru
dari para Kurawa. Adipati Karna harus balas budi. Ibu Kunti tidak usah
khawatir, karena Adipati Karna akan memilih siapa kah yang harus hidup
Karna atau Arjuna. Yang penting Pandawa tetap lima
orang, yang satu bisa Arjuna atau bisa Karna. Dewi Kunti menangisi
Adipati Karna, putera sulungnya. Ibu Kunti melepas kepergian puteranya,
dengan pandangan hampa. Kemudian Adipati Karna pulang ke
Awangga.Kunjungan Adipati Karna kepada Ibunya, adalah yang pertama dan
yang terakhir kalinya.
Adipati
Karna juga berpamitan pada isterinya, Dewi Surtikanti, puteri Prabu
Salya. Dewi Surtikanti merasa bersedih hati dengan kepergian suaminya ke
medan laga. Tetapi karena sudah tugas negara, maka Dewi Surtikanti rela melepaskan suaminya ke medan perang. Namun Dewi Surtikanti masih berharap menunggu kepulangan Adipati Karna dalam keadaan selamat.
Matahari
baru bersinar, Sasangkala telah di bunyikan. Prajurit telah bersiap
melawan musuh-musuhnya.Kereta perang Adipati Karna yang disaisi Prabu
Salya, telah memasuki Tegal Kurusetra. Sementara itu, Arjuna pun telah
bersiap bertemu dengan Adipati Karna. Arjuna menggunakan kereta perang
Kyai Jaladara, milik Prabu Kresna, dan Prabu Kresna sendiri yang
menjadi saisnya.Kereta perang Kyai Jaladara melaju kencang memasuki
arena perang Tegal Kurusetra. Adipati Karna merasa menyesali diri
sendiri, mengapa pada waktu perang suluh, telah melepas Senjata Kunta
kepada Gatutkaca.
Senjata
Kunta sebenarnya telah dipersiapkan oleh Adipati Karna untuk menghantam
Arjuna, Namun dapat digagalkan oleh Gatutkaca, walaupun harus ditebus
dengan nyawanya sendiri.Dengan pengorbanan Gatutkaca sedemikian
besarnya,Arjuna bisa jadi luput dari kematian.
Kedua
kereta perang, sudah meliak-liuk saling menghindar agar tidak terkena
panah atau sabetan pedang diantara kedua satriya yang berpakaian kembar
itu.Akhirnya perang tanding kedua bersaudara itu, menjadi tontonan
perajurit. Perajurit melupakan tugasnya di tegal Kurusetra. Kereta
Arjuna dilindungi awan mendung yang begitu kelam, sedangkan kereta
Adipati Karna dilindungi sinar terangnya sang mentari, sehingga
menyilaukan mata yang memandang.Ternyata Bathara Indra dan Bathara Surya
sebagai saksi putera - putera nya yang sedang berlaga di Tegal
Kurusetra.
Sudah
berkali-kali keduanya saling melayangkan berbagai pusaka. Namun
semuanya luput. Adipati Karna tinggal memiliki satu panah yang ampuhnya
tidak jauh berbeda dari Kunta, yaitu Wijayandanu. Adipadi Karna dengan
cepat bersiap melayangkan Wijayandanu ke Arjuna.Namun saisnya, Prabu
Salya mengetahui keadaan ini, Prabu Salya tidak merelakan kalau Arjuna
yang tewas. Ketika panah ditarik dan akan dilepaskan, Prabu Salya
menggebrag kendali kekang tali kudanya, sehingga kuda-kudanya
ndongak,sedangkan roda kereta belakang ambles dalam tanah, Kereta perang
Adipati Karna anjlog, menyebabkan panah yang dilayangkan kepada Arjuna
melenceng, sehingga tidak mengenai leher Arjuna.
Kini
kereta perang Adipati Karna tidak bisa berjalan lagi, karena roda
belakang kereta itu masuk dalam tanah agak dalam. Adipati Karna marah
marah pada saisnya yang tak lain adalah ayah mertua nya sendiri, Prabu
Salya.
Panah
Wijayandanu melesat mengenai sumping Arjuna, sehingga gelung rambutnya
lepas, dan rambut Arjuna menjadi terurai. Ketika Adipati Karna
marah-marah pada Prabu Salya. Kesempatan baik itu digunakan oleh Arjuna,
untuk melayangkan sebuah panah dan mengenai mahkota Adipati Karna,
sehingga lepas, gelung rambutnyapun terurai.
Kini
Adipati Karna meloncat dari kereta perang, mendekati Arjuna untuk
kembali menyerang . Sementara itu Arjuna pun menanggapi Karna, Arjuna
turun dari kereta perang. Mereka saling mendekati, dan saling
melawan.Hingga akhirnya Arjuna berhasil menyarangkan panah di dada
Adipati Karna, Adipati Karna rebah dan bersimbah darah. Adipati Karna
gugur di medan perang Kurusetra.
Setelah
gugurnya Adipati Karna, terdengar suara Adipati Karna memanggil
adiknya, Arjuna. Adipati Karna ingin memeluk Arjuna sebelum mati.
Arjuna mencoba mendekati Adipati Karna. Tetapi Prabu Kresna menghalangi
Arjuna. Karena Adipati Karna memang sudah mati. Sedangkan yang bicara
adalah pusaka Adipati Karna, Kala Dite yang bela pati atas kematian
tuannya. Setelah Arjuna dirasa sudah tidak mendekati, tiba-tiba dari
tubuh Adipati Karna, keluar seekor burung raksasa yang terbang kearah
Arjuna dan menyerangnya. Segera Prabu Kresna menarik Arjuna, sehingga
terhindar dari serangan burung. Arjuna segera melayangkan panah
Pasopati kepada burung itu, sehingga burung itu hancur menjadi debu.
Sementara
itu Dewi Surtikanti, istri Adipati Karna,yang sudah lama menunggu
suaminya tidak pulang-pulang kerumah, Sudah tak sabar lagi ingin
berjumpa dengan suaminya. Maka pergilah ke Tegal Kurusetra. Tetapi semua
perajurit yang ditemuinya, mengatakan bahwa Adipati Karna telah gugur
di medan
perang. Akhirnya Dewi Surtikanti mencari keberadaan suaminya di antara
jasad para perajurit yang bergelimpangan di Tegal Kurusetra, pertanda
kesetyaan seorang istri pada suaminya. Sementara itu Prabu Kresna, dan
Arjuna ternyata sedang merawat jasad Adipati Karna, Para Pandawa
sebenarnya menginginkan bersatu dengan kakaknya, Adipati Karna, sangat
dicintai para Pandawa.
Harum
semerbak bunga mawar dan melati turun dari Kahyangan, menghiasi para
pahlawan yang telah gugur di Tegal Kurusetra. Pada waktu perabuan jasad
Adipati Karna, isteri tercinta, Dewi Surtikanti bela pati, masuk terjun
kedalam api yang sedang berkobar.
Adipati Karna, memimpin Pasukan Kurawa bertahan selama 2 hari.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar