Sugriwa Subali
Kisah ini
bermula dari pertapaan Grastina dimana bersemayam seorang resi bernama
Resi Gotama beserta isterinya seorang bidadari bernama Dewi Indradi yang
mempunyai anak seorang puteri bernama Dewi Anjani, dan dua orang
puteranya bernama Subali dan Sugriwa.
Add caption |
Pada suatu
hari Dewi Anjani bermain ditaman. Mainannya berupa sebuah cupu pemberian
dari ibundanya. Cupu manik Astagina adalah cupu pemberian Bathara Surya
kepada Dewi Indradi. Cupumanik Astagina terdiri dari dua bagian yaitu
berupa wadah dengan tutupnya yang memiliki keajaiban. Tutup itu dapat
memper lihatkan keadaan para dewa dewi di kahyangan. Sedangkan wadahnya
memperlihat kan kehi dupan manusia di bumi dan alam raya.
Dewi Anjani dalam bermain selalu ber hati-hati jangan sampai ketahuan kedua adiknya. Namun ternyata kali ini tidak, kedua adiknya menge tahui kakaknya sedang bermain dengan benda aneh. Subali dan Sugriwa menginginkan cupu itu. Mereka menghadap ayahanda Resi Gotama dan menceritakan apa yang dimiliki kakaknya. Mereka meminta juga barang yang sama dari ayahandanya. Resi Gotama segera memanggil isteri dan putrinya Dewi Anjani.
Resi Gotama menjadi gusar setelah melihat Cupumanik Astagina. Cupumanik diminta dari tangan Dewi Anjani. Resi Gotama mengenali Cupumanik itu milik Batara Surya. Resi Gotama menuduh, isterinya telah berselingkuh dangan Batara Surya. Resi Gotama menanyakan asal mula cupu terebut sehingga bisa dimiliki Dewi Indradi. Dewi Indradi diam seribu bahasa. Ia tidak menjawab satu patah katapun. Resi Gotama menjadi marah, lalu menghardik isterinya dan mengutuk nya menjadi tugu. Dalam waktu sekejap Dewi Indradi berubah nenjadi tugu.
Resi Gotama melemparkan tugu itu jauh jauh dan tugu tersebut akan jatuh di negeri Alengka. Kelak pada waktu perang besar Alengka, tugu ini akan menjadi senjata Anila Senapati Prabu Rama dalam melawan Patih Prahasta Setelah itu Dewi Indradi bisa pulih kembali seperti semula menjadi bidadari dan pulang kekahyangan.
Ketiga puteranya tertegun, ketika Resi Gotama melemparkan cupu tersebut jauh jauh keangkasa. Cupu manik melayang keangkasa.
Karena induk cupu lebih berat, maka jatuh terlebih dulu dan menjadi telaga Madirda. Telaga Madirda adalah sebuah telaga kalau tersentuh airnya apalagi untuk mandi maka orang yang mandi akan berubah wujud.
Sedangkan
tutupnya melayang lebih jauh dari tempat jatuhnya induk cupu dan
terbang terus sampai ke wilayah Ayodya dan jatuh menjadi telaga yang
dinamakan telaga Nirmala. Telaga Nirmala akan menyembuhkan kutukan
tersebut mejadi wujud semula.
Putera puteri Resi Gotama segera mengejar cupu tersebut namun tidak ditemukan. Karena capek dan badan merasa kepanasan maka Subali, Sugriwa dan pamongnya yang bernama Jembawan masuk dalam telaga. Setelah masuk didalam air mereka saling tidak mengenal karena mereka mengira ada pengganggu di depannya. Mereka berkelahi dengan hebatnya. Kemudian mereka sadar ternyata mereka menjadi manusia kera. Sedangkan Dewi Anjani pun sampai pula di telaga Madirda. Dewi Anjani tidak mandi, hanya telapak kakinya terendam air dan tangannya mengambil air dan mengusapkannya kewajahnya. Ia terkejut melihat perubahan dirinya menjadi kera. Demikian pula apa yang terjadi pada Saraba pamong Dewi Anjani.
Ketiga putera-puteri Resi Gotama dan pamongnya menghadap ayahandanya. Resi Gotama memerintahkan
Dewi Anjani bertapa Nyantoka di dalam sungai sebatas lehernya sambil mengangakan mulutnya untuk memakan apa saja yang masuk dalam mulutnya sebagai makanannya. Sedangkan Subali bertapa di hutan Sunyapringga dengan tapa Ngalong. Tapa Ngalong adalah posisi terbalik kaki diatas, kaki berpegangan pada cabang pohon dan kepala dibawah. Makanannya buah-buahan. Untuk Sugriwa diperintahkan bertapa Ngijang, yaitu seperti kijang, merangkak di padang rumput, makanannya rumput-rumputan.
Setelah sekian lama mereka bertapa, mereka melupakan waktu, tanpa terasa mereka telah bertapa bertahun-tahun lamanya. Sementara itu di kahyangan Jonggring Saloka bagaikan dilanda gempa, gunung Candradinuka mengeluarkan hawa panas dan memuntahkan lahar kemana-mana. Batara Guru segera menggelar pertemuan para dewa dibalai Repat Kepanasan . Batara Narada mengumpulkan para dewa. Dalam pertemuan itu Batara Narada melaporkan bahwa penyebab kacaunya keadaan kahyangan Jonggringsaloka akibat ulah Prabu Maesasura dan Lembusura yang bermaksud menyerang kembali kahyangan Jonggring Saloka. Serangan yang lalu saja sudah banyak bangunan kahyangan yang telah hancur.
Batara Guru dan Batara Narada turun ke Arcapada mencari jago dewa yang dapat mengalahkan Prabu Maesa Sura dan Lembu Sura Batara Guru menaiki lembu Andini sedangkan Batara Narada mengikuti kepergian Batara Guru.
Sesampai di atas sungai Yamuna Batara Guru melihat cahaya sebesar lidi aren yang memancar kelangit. Ternyata pancaran cahaya berasal dari Dewi Anjani yang sedang bertapa . Batara Guru iba hatinya melihat Dewi Anjani jarang sekali mendapatkan makanan yang masuk dalam mulutnya. Batara Guru memetik daun sinom atau daun asam yang masih muda, dan melemparkan kedepan mulut Dewi Anjani. Melihat ada makanan dihadapannya, Dewi Anjani segera melahapnya. Apa yang terjadi.
Dengan kesaktian Batara Guru Dewi Anjani menjadi berbadan dua, wajah dan anggota badan yang berwujud kera kembali menjadi seorang dewi yang cantik jelita. Kelak Dewi Anjani melahirkan seorang anak berwujud kera putih, yang diberi nama Anoman. Batara Guru memanggil beberapa bidadari untuk memberi pakaian dan merias wajahnya. Kemudian Batara Guru memerintahkan para bidadari untuk membawa Dewi Anjani ke kahyangan.
Batara Guru dan Batara Narada melanjutkan perjalanan ke hutan Sunyapringga menemui Subali yang sedang bertapa ngalong disebuah pohon besar. Subali dibangunkan dan diajak menemui Sugriwa. Mereka akhirnya bertemu dengan Sugriwa. Batara Guru menitahkan kepada Subali dan Sugriwa untuk melawan Prabu Maesasura dan Lembusura, agar tidak meneruskan niatnya untuk menghancurkan kahyangan. Setelah memberikan pesan – pesan Batara Guru dan Batara Narada kembali ke kahyangan.
Subali dan Sugriwa berangkat menuju goa Kiskenda. Sesampai di depan pintu goa Subali gundah hatinya Didalam hati ia tidak yakin mereka bisa mengalahkan Prabu Maesasura dan Lembusura, sedangkan para dewa saja tidak sanggup untuk mengalahkannya. Subali berpesan kepada Sugriwa, agar Sugriwa tidak perlu ikut memasuki istana Goa Kiskenda. Sugriwa diperintahkan menunggu didepan pintu goa saja. Sedangkan Subali sendiri yang akan melawan Prabu Maesasura dan Lembusura. Apabila nanti ada darah merah dan darah putih yang mengalir kepintu goa, adalah pertanda Subali mati dan diminta Sugriwa menutup pintu goa. Sugriwa menangis mendengar pesan kakaknya namun Sugriwa siap melaksanakan perintahnya.
Seperti kita ketahui Subali berdarah putih disamping Begawan Bagaspati dan Prabu Puntadewa. Subali memasuki halaman istana Goa Kiskenda dan disambut pasukan penjaga yang berkepala hewan. Ada yang berkepala kerbau, sapi, kuda, harimau dan masih banyak jenis yang lain. Subali mendapatkan serangan bertubi tubi dari pasukan goa Kiskenda. Namun dalam waktu singkat Subali berhasil melumpuhkan pasukan Goa Kiskenda.
Kemudian Subali memasuki istana Goa Kiskenda dan mendapat serangan dari Prabu Maesasura dan Lembu Sura. Sesuai dengan namanya prabu Maesasura berkepala kerbau dan patih Lembusura berkepala sapi. Kali ini lawan Subali sangat tangguh, berkali-kali Prabu Maesasura tewas, kemudian dilompati Lembusura, Prabu Maesasura hidup kembali demikian pula sebaliknya.
Dengan sisa tenaga yang ada Subali segera membenturkan kedua kepala musuhnya sehingga hancur berkeping-keping. Darah dan otak prabu Maesasura dan Lembusura mengalir kesepanjang goa. Sugriwa yang waktu itu termangu menunggu kakaknya terkejut melihat darah merah dan darah putih mengalir bersama sama ke pintu goa. Sugriwa menangisi kematian kakaknya. Sugriwa memastikan bahwa kakaknya, Subali tewas, setelah berhasil mengalahkan Maesasura dan Lembusura, terbukti ada darah merah yang mengalir bersama darah putih kakaknya.
Sesuai pesan kakaknya Sugriwa menutup pintu goa dengan batu-batuan. Sugriwa pergi ke kahyangan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Batara Guru. Di kahyangan, Sugriwa diterima Bathara Guru. Menurut Batara Guru, Batara Guru akan menganugerahkan Dewi Tara kepada Subali untuk menjadi istrinya. Namun mengingat Subali sudah tewas, maka anugrah tersebut diberikan kepada Sugriwa. Sugriwa bersama Dewi Tara meninggalkan kahyangan menuju goa Kiskenda.
Sementara itu Subali terjebak dalam goa. Subali marah karena adiknya berbuat curang padanya. Subali lupa dengan pesan pesan yang diberikan pada adiknya. Subali bersemadi mohon pertolongan dewa untuk membuka pintu goa. Dengan kekuatan penuh Subali menghantam batu-batuan hingga hancur berkeping-keping.
Setelah keluar dari goa, Subali berangkat ke kahyangan menemui Batara Guru. Subali melaporkan semua kejadian pada Batara Guru. Batara Guru tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Dewi Tara sudah terlanjur diberikan kepada Sugriwa, karena Subali dianggap sudah tewas. Namun Batara Guru tidak akan melupakan jasa Subali. Diberikannya kepada Subali aji Pancasona yang mempunyai kekuatan hebat. Aji Pancasona menjadikan pemiliknya menjadi sakti dan tidak mati apabila tubuhnya menyentuh tanah.
Sementara
itu Sugriwa dan Dewi Tara telah bersemayam di Goa Kiskenda. Tidak lama
kemudian Subali memasuki istana Goa Kiskenda, melihat adiknya sedang
bersanding dengan Dewi Tara, Subali langsung menarik Sugriwa dan
memukulnya.
Ditariknya tubuh Sugriwa sehingga keluar dari goa. Perkelahian terjadi antara kedua kakak beradik. Keduanya tidak ada yang mau mengalah sehingga perkelahian mereka berlangsung sampai beberapa hari beberapa malam. Subali sangat geram. Tubuh Sugriwa dilempar jauh keluar wilayah Goa Kiskenda. Sugriwa jatuh di hutan Pancawati. Untuk menghadapi Subali, Sugriwa menghimpun pasukan kera.
Subali kini telah bersemayam dalam Goa Kiskenda bersama dewi Tara.
Subali menjadi pertapa dan bergelar Resi Subali. Ia meninggalkan Goa
Kiskenda dan bertapa di hutan Sunyapringga. Sementara Subali bertapa,
nampaklah Prabu Dasamuka sedang mengadakan perburuan di hutan
Sunyapringga. Banyak jenis hewan yang telah ditangkap. Prabu Dasamuka
melihat ada seekor kera sebesar manusia, sedang tidur bagai seekor
kelelawar. Prabu Dasamuka ingin memiliki kera itu dan akan dipamerkan
di Alengka. Didekatinya kera tersebut dan dipukulnya. Subali jatuh dan
mati. Prabu Dasamuka girang hati mendapatkan buruannya. Prabu Dasamuka
terkejut ketika melihat kera buruannya hidup kembali.
Resi
Subali marah melihat keangkuhan Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka pun
tampak tertegun melihat hewan buruannya bisa hidup kembali dan terlebih
lebih bisa bicara juga seperti manusia. Prabu Dsamuka tahu kalau mahluk
didepannya bukan sembarangan kera, tapi seorang yang teramat sakti. Demi
mendapatkan ajian yang dimiliki Resi Subali , maka Prabu Dasamuka pura
pura berbaik hati dan menyapa Resi Subali dengan ramah.
Kelihatannya Resi Subali sudah terpedaya melihat raksasa yang begitu sopan dan mau menghargai dirinya. Resi Subali berkenan pula menerima persahabatan yang ditawarkan Prabu Dasamuka. Sejak saat itu mereka kelihatan sering bersama. Mereka saling kunjung mengunjungi. Sudah beberapa kali Subali diajak Prabu Dasamuka ke Alengka demikian pula sebaliknya.
Sehingga sampai pada suatu hari Prabu Dasamuka sudah tidak sabar untuk mendapatkn aji Pancasona yang dimiliki Subali. Kini sudah saatnya Prabu Dasamuka memperdaya Resi Subali untuk bisa menguasai aji Pancasona. Hal ini dilakukan Prabu Dasamuka untuk yang kedua kalinya. Pertama dilakukan terhadap kakak tirinya bernama Prabu Danaraja raja negeri Lokapala. Prabu Danaraja dibunuh setelah menyerahkan aji Rawerontek pada Prabu Dasamuka, Sepeninggal Prabu Danaraja,Prabu Dasamuka menguasai kerajaan Lokapala. Nama kerajaan Lokapala pun diubah menjadi Alengka.
Setelah Prabu Dasamuka bertemu dengan Resi Subali, Prabu Dasamuka mengemukakan bahwa banyak bahayanya yang dihadapi Resi Subali, apabila bertapa seorang diri dihutan Sunyapringga yang masih banyak binatang buasnya. Prabu Dasamuka sanggup menjaga keselamatan Resi Subali sewaktu bertapa. Namun apabila ada musuh yang sakti Prabu Dasamuka tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu Prabu Dasamuka minta aji Pancasona untuk menjadi kekuatannya dalam menjaga keselamatan Resi Subali.
Tanpa berpikir panjang Resi Subali segera menyalurkan aji Pancasona ketubuh Prabu Dasamuka. Aji Pancasona telah merasuki tubuh Prabu Dasamuka. Setelah merasakan aji Pancasona telah memasuki tubuhnya, prabu Dasamuka menyerang Subali. Resi Subali tidak berdaya menghadapi Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka berniat membunuh Resi Subali, namun Wibisana, adik prabu Dasamuka mencegahnya. Selamatlah resi Subali dari kekejaman Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka dan pasukannya meninggalkan hutan Sunyapringga. Resi Subali kembali ke istana Goa Kiskenda untuk menjumpai istrinya.
Sementara itu Sugriwa telah selesai berlatih kanuragan atau keperajuritan. Sugriwa merasa percaya diri untuk bisa mengalahkan kakaknya, Resi Subali. Sugriwa pun pergi menjumpai kakaknya di Goa Kiskenda. Perkelahianpun terjadi. Keduanya tidak ada yang mau mengalah.
Kini
perkelahiannya semakin seru. Keduanya sampai di hutan Sunyapringga.
Subali semakin beringas, Sugriwa dilemparkan kesuatu dahan pohon besar.
Sehingga terjepit diantara dua dahan yang berhimpitan Sugriwa tidak
bisa bergerak sama sekali. Subali meninggalkan Sugriwa, menuju Goa
Kiskenda menemui Dewi Tara yang dianggap sebagai istrinya.
Diatas
pohon, Sugriwa memohon dewa agar bisa lepas dari jepitan pohon. Dewa
mendengar permintaan Sugriwa, Diutusnya Anoman anak dewi Anjani yang
lahir di kahyangan, turun ke bumi. Anoman menjumpai pamannya dan
berjanji akan menolongnya. Anoman berpamitan pada pamannya untuk mencari
orang yang bisa menolongnya.
Anoman menemui Rama di hutan Dandaka. Rama menyanggupi permintaan Anoman. Berangkatlah Anoman bersama Rama dan Laksmana menuju tempat Sugriwa berada . Sugriwa berjanji pada Rama akan membantu rama untuk mencari Dewi Sinta yang hilang. Rama melepaskan panah Guwa Wijaya ke dahan pohon yang menjepit Sugriwa. Sehingga dahan pohon pun terpotong. Sugriwa lepas dari jepitan pohon.
Sesampai di bawah pohon, Sugriwa berterima kasih pada Rama dan minta pertolongan sekali lagi untuk membantu merebut kembali istrinya dari tangan Subali. Rama pun menyanggupinya.
Terjadi
perkelahian hebat antara Sugriwa dan Subali memperebutkan Dewi Tara.
Untuk mem persingkat perkelahian tersebut Rama berniat melepas anak
panah pada Subali. Namun ragu – ragu karena Sugriwa dan Subali bagai
saudara kembar yang tidak bisa dibedakan satu sama lainnya. Kebetulan
Sugriwa terdesak mundur dan kembali menghampiri Rama.
Rama menyuruh Sugriwa memakai slempang janur kuning dipundaknya. Sugriwa melaksa nakan pesan Rama dan kembali berkelahi dengan Subali. Rama segera melepaskan anak panah Guwa Wijaya ke dada Subali. Subali jatuh tersungkur. Rama menemui Subali. Subali tersenyum ketika mengetahui Rama adalah titisan Bathara Wisnu. Subali berterima kasih karena Rama telah membebaskannya dari kutukan ayahandanya. Arwah Subali lepas dari raga dan memasuki alam Kelanggengan. Kedatangannya disambut para dewa dan dewi. Sugriwa menangisi kematian kakaknya. jasad Subali di perabukan dengan khidmat.
Sepeninggal Resi Subali, Sugriwa mengajak Rama dan Laksmana ke hutan Pancawati. Sete lah mereka bermukim di hutan Pancawati, Rama meminta agar Sugriwa menjadi raja. Sugriwa menolak permintaan Rama. Sugriwa meminta Rama yang menjadi raja Pancawati, karena ia masih menjadi raja di Goa Kiskenda. Rama bersedia menjadi raja Pancawati. Namun Prabu Rama juga mengangkat Sugriwa menjadi seorang Narpati. Narpati adalah jabatan seting kat raja. Narpati Sugriwa membantu tugas Prabu Rama dan melaksanakan perintah yang diberikan padanya.
Prabu Rama dalam menyelesaikan perma salahan selalu didampingi Narpati Sugriwa dan adiknya Laksmana dan juga para senopati Anoman, Anila dan Jaya Anggada. Anila adalah anak angkat Batara Narada. Batara Narada tertawa ketika melihat Batara Guru sedang mengasuh anaknya berupa seekor anak kera berbulu putih Anoman. Batara Guru menjadi kesal hatinya. Diciptakannya seekor anak kera berbulu biru tua. Anak kera berbulu biru tua itu selalu mengikuti Batara Narada kemanapun pergi.. Kera itu minta digendong. Batara Narada akhirnya mengakui anak kera itu menjadi anaknya..
Batara
Naradha memelihara anak kera itu sampai menjadi besar. Kera itu diberi
nama Anila.Anila turun dari Kahyangan beberapa saat setelah Anoman
turun,Sedangkan Anggada
adalah anak Resi Subali.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar